Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengajukan Keringanan Biaya Kuliah

Malam ini saya berkesempatan untuk pulang ke rumah. Tentu bukan tanpa maksud jika saya sempatkan untuk menginap di rumah, dan maksud itu adalah untuk meminta uang saku selain mengambil perlengkapan administrasi sebagai bahan untuk mengajukan keringanan biaya kuliah.
Keadaaan keluarga yang pas-pasan membuat saya harus mencari cara untuk sedikit meringankan beban keluarga, dan satu cara yang akan saya lakukan adalah mengajukan keringanan biaya kuliah kepada Bapak Dekan. Pergulatan sebagai seorang aktivis ipnu yang belum punya penghasilan dan selalu mengandalkan kucuran dana dari orang tua terkadang membuat saya malu sendiri. Hanya saja saya bersyukur bahwa kedua orang tua saya memahami dan memakluminya. Do’a saya yang selama ini terlantun dalam hati semoga Allah memudahkan setiap hal yang saya lakukan, dan anganku adalah melalui perantara kedua orang tua saya.
Allah, semoga Engkau kabulkan doaku. Aamiin
*  *
“Saya pengin kamu sukses, hin”. Demikianlah ucap ibu saya untuk yang ke sekian kalinya. “Saya sudah susah, saya ingin kamu dan mb’ mu sukses jangan seperti saya,” tambahnya.
Kata-kata itu sering saya dengar. Mungkin karena itu juga saya bisa menuliskan tulisan ini, sebuah rangakaian kata yang untuk bisa menulisakannya butuh waktu yang lama. Membaca, membaca dan latihan menulis. Kenapa saya bilang butuh waktu lama? Karena di usia yang hampir 21 tahun ini, saya jarang ada di rumah dan konsekuensinya jarang juga bisa membantu kedua orang tua saya. Dari situlah proses pencarian dan mengasah kreativitas saya tergali. Terima kasih ibu, maafkan anakmu ini jika untuk saat ini belum bisa meringankan bebanmu. Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan kemudahan kepadamu.
Cerita mengenai masa lalu tentang bagaimana perjuangan perih yang alhamdulillah saat ini bisa di petik hasilnya. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang unik, luar biasa dan sangat berbeda dengan yang lain. Setiap hari ke kebun, mencari rumput ataupun babat membuka lahan yang karena itu aku tak pernah dapati ibuku ada di rumah ketika pulang dari sekolah SD. Paling uang 400 ratus atau 200 ratus yang di taruh di atas meja atau di atas rak sepatu dan itu dibagi dua sama rata, untukku dan mb’ ku jajan.
Atau jarang juga saya dapati bapakku di rumah. Pekerjaan sebagai tukang membuatnya harus meninggalkan kami, terkadang pulang 2 minggu atau 1 bulan sekali. Ah, masa itu menjadi kenangan tersendiri bagiku keluargaku. Dan alhamdulillah sekarang sudah punya kebun sehingga pekerjaan tukang hanya menjadi sampingan.
Ibu, bapak do’akan anakmu ini semoga bisa menjadi pribadi yang hebat. Bisa membantu dan membuat kalian bangga. Hanya itu harapan saya karena saya yakin bahwa kebaikan kalian tak pernah bisa saya balas. Jazakallah, wallahu yarham ‘alaikuma.
Pringamba (Sigaluh, Banjarnegara), 05 Januari 2015

Pukul 01:36 WIB

Posting Komentar untuk "Mengajukan Keringanan Biaya Kuliah"